JALAN SETAPAK MENUJU NUSANTARA JAYA
KUTADANTA SUTTA
Sumber:
Sutta Pitaka Digha Nikaya IV
…………….”Ada sebuah cara yang dapat
dilakukan untuk menghentikan kekacauan ini. Siapa saja dalam kerajaan yang
hidup sebagai peternak dan petani, raja berikan makanan dan bibit kepada
mereka. Siapa saja dalam kerajaan yang hidup sebagai pedagang, raja berikan
modal kepada mereka. Siapa saja dalam kerajaan yang hidupnya sebagai pegawai
negara, raja berikan gaji dan makanan kepada mereka. Orang-orang itu
melaksanakan pekerjaan mereka masing-masing, maka pendapatan negara akan
meningkat, kerajaan akan aman dan damai, rakyat akan senang dan bahagia, mereka
akan menari dengan anak-anak mereka dan mereka hidup dengan rumah
yang aman”.
Raja Mahavijita menerima dan melaksanakan seperti apa yang disampaikan oleh penasehat kepadanya. Demikianlah, rakyat hidup melaksanakan tugas mereka masing-masing, akibatnya kejahatan lenyap. Perbendaharaan raja bertambah.
Kerajaan menjadi aman dan damai. Rakyat menjadi senang dan bahagia, mereka menari dengan anak-anak mereka dan mereka hidup dengan rumah yang aman.
Raja Mahavijita menerima dan melaksanakan seperti apa yang disampaikan oleh penasehat kepadanya. Demikianlah, rakyat hidup melaksanakan tugas mereka masing-masing, akibatnya kejahatan lenyap. Perbendaharaan raja bertambah.
Kerajaan menjadi aman dan damai. Rakyat menjadi senang dan bahagia, mereka menari dengan anak-anak mereka dan mereka hidup dengan rumah yang aman.
Raja Thailand mempraktikan Ajaran
Buddha, sehingga petani di Negara tersebut tidaklah hidup dibawah garis
kemiskinan, dikarenakan raja memberikan perhatian dibidang pertanian.
THAILAND Negeri dengan 95 persen
penduduknya beragama budha dan memiliki GDP 318.846 miliar dollar di tahun
2011. Beberapa sumber menyatakan bahwa: Raja di Thailand memandatkan langsung
rakyatnya untuk bertani. Arahan raja tersebut yaitu menetapkan setiap rumah
harus membagi wilayah rumahnya menjadi lahan pertanian 30 persen dan lahan
peternakan 30 persen. Hal tersebut ditetapkan dengan niat bahwa raja ingin
mendidik rakyatnya untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka dengan mandiri
dan tidak bergantung pada pihak lain, yaitu dengan cara bertani dan beternak.
Arahan tersebut terlihat sangat elegan dan seperti sebuah cerita di dongeng
yang menceritakan raja yang bijaksana dan ingin rakyatnya sejahtera dengan
jalan membangun pertanian yang merupakan hakikat dasar sebuah pembangunan
negara yang paling fundamental. Alasan dari arahan tersebut adalah kecintaan
raja terhadap pertanian yang sangat besar. Sehingga para rakyatnya juga ikut
mencintai pertanian dan menganggap bahwa pertanian adalah sektor vital dalam
pembangunan negara dan sebagai pemenuhan kebutuhan serta peningkatan taraf
hidup mereka. Adapun manifestasi kecintaan raja dan rakyat Thailand terhadap
pertanian yaitu terbentuk fraksi pertanian di parlemen yang berguna untuk
menyuarakan gagasan dan keluhan yang ada di sektor pertanian, sehingga jalannya
sektor pertanian dapat serentak dengan seluruh elemen negara, yaitu pemerintah,
petani, dan swasta. Adanya fraksi pertanian di parlemen membuat petani dapat
langsung memantau keputusan-keputusan politik yang akan dan sedang dirumuskan
oleh para pengmabil kebijakan, sehingga terbentuk sistem check and balance yang baik antar petani,
pemerintah, dan parlemen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian di
Thailand memiliki komitmen yang kuat untuk mengembangkan pertanian secara
bersama-sama. Subsektor pertanian yang menjadi unggulan Thailand adalah
pertanian (hortikultura dan pangan), peternakan, perikanan, dan sutera. Sebagai
informasi, bahwa petani di Thailand rata-rata adalah pengusaha dan bukan petani
yang berada di garis kemiskinan karena rata-rata kepemilikan lahan di Thailand
adalah 2-4 ha per orang, dengan batas minimal kepemilikan lahan per orang
yaitu 1-2 ha (untuk petani skala kecil). Fakta ini membuat saya ingat
dengan informasi di bangku kuliah bahwa di eropa seperti belanda dan jerman,
memiliki petani yang memiliki rata-rata kepemilikan lahan yang sama dengan petani
di Thailand yaitu 2-4 ha. Dalam wawancara tadi malam di MetroTV, Efendi
Gojali memberikan komentar terhadap Kenaikan BBM, bahwa bila pemerintah harus
menaikan harga BBM, seharusnya pemerintah juga memikirkan kesejahteraan petani,
dan dapat mencontoh Negara Thailand, dimana petani diberikan modal berupa,
bibit, pupuk dll, seekaligus pemerintah memberikan jaminan bahwa hasil pertanian akan dibeli oleh
pemerintah dengan harga yang pantas mengunakan dana APBN.
Semoga Kutadanta Sutta, yang
sudah terbukti kesuksesanya sejak 2500 thn yang lalu dapat dipraktikan oleh
pemimpin Negara kita supaya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.
Itu sangat benar. saya sangat setuju. Di jaman majapahit aja bisa, kenapa sekarang tidak?
BalasHapus